Harian Sederhana, Bogor – Banyak dikeluhkan masyarakat karena menyumbang kemacetan yang cukup parah, Mall Boxies 123 Tajur yang baru operasional 4 hari didemo mahasiswa yang mengatas namakan dari Forum Kajian Mahasiswa, Rabu (14/1) siang.
Dalam aksinya, sambil membawa spanduk dan kertas karton berupa poin-poin tuntutan, meraka berorasi mempertanyakan soal Amdal Lalin dan Perizinan mall Boxies.
Selain itu, permasalahan lainnya yang disoroti mahasiswa terkait dua kali terjadi ambruknya tembok yang menimpa rumah rumah warga dibelakang bangunan mall.
“Jalan Tajur ini menjadi macet karena adanya mall Boxies. Keberadaan mall ini apakah sudah sesuai dengan Perda RTRW, dan bagaimana soal Amdal Lalin nya,” kata kordinator aksi Irwan.
Ia menegaskan, permasalahan pelik yang terjadi di Kota Bogor hari ini adalah mengenai konversi lahan untuk pembangunan tempat-tempat komersil. Tentunya hal ini akan banyak menimbulkan dampak tidak hanya dampak lingkungan akan tetapi sosial budaya masyarakat juga akan terkena imbasnya.
“Hari ini kita melihat dengan seksama pembangunan tempat komersil yang bernama Boxies Mall Tajur yang diindikasi telah melanggar Perda Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031,” ujarnya.
Masih kata Irwan, belum lama ini tembok penahan tanah yang menimpa 2 rumah warga yang menyisakan trauma bagi masyarakat yang menjadi korban. Namun kata dia, terlepas dari ambruknya tembok tersebut tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan mulai dari perencanaan pembangunan dan perizinan.
“Ya, terkait perizinan, faktanya hanya kesepakatan kaum kapitalis dengan penguasa tanpa memandang dampak negatif bagi masyarakat kota bogor,” tegasnya.
Selain itu lanjut dia, pertanyaan selanjutnya apakah pembangunan tersebut telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor tahun 2011-2031.
Jika menihat fakta yang terjadi, pihaknya menilai bahwa perencanaan pembangunan mall tesebut sangat jelas tidak matang dan sarat akan perizinan.
Dia berpendapat, bahwa pembangunan tersebut sangan jelas menimbulkan dampak sosial hingga ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dan tentu saja izin analisis dampak lalulintas pun harus dipertanyakan karena letak pembangunan mall tersebut sangat rawan kemacetan.
“Kami.menolak keras keberadaan mall Boxies ini. Pemkot Bogor harus memperhatikan kesejahteraan dan kelangsungan masa depan sosial budaya dan lingkungan Kota Bogor, bukan kepentingan korporasi semata,” serunya.
Senada diungkapkan peserta aksi lainya Rizki, ia meminta agar operasional mall Boxies dihentikan. Pemkot Bogor harus melakukan kajian ulang terhadap Amdal Lalin maupun persoalan warga yang terdampak.
“Kita minta aktifitas dihentikan dulu, karena banyak permasalahan disini,” tegasnya sambil mengancam bahwa mahasiswa akan kembali melakukan aksi demo dalam waktu dekat.
Terpisah, perwakilan mall Boxies Jozarki Tarunajaya menuturkan, demo mahasiswa mempertanyakan soal perizinan, padahal izin mall Boxies sudah lengkap ada semua. “Semua izin sudah lengkap dan ada,” ujarnya.
Terkait masalah kemacetan yang terjadi, ia menjelaskan bahwa saat pertama kali dibuka selama dua hari, animo masyarakat sangat besar sehingga terjadi kemacetan.
“Dua hari kemarin itu memang diluar dugaan kami, animo masyarakat tinggi, jadi banyak warga kesini, wajar kalau macet didepan,” tandasnya. (*)









