Anies menjawab hal tersebut merujuk foto yang memperlihatkan dirinya sedang berbicara di hadapan pimpinan dinas dan BUMD pada Rabu pagi. Pada foto itu Anies terlihat sedang berbicara, sementara di layar presentasi di belakang dirinya mengenai ‘Waspada Risiko Covid-19 via Transportasi Publik’.
Pada layar presentasi itu terdapat tiga keterangan yang salah satunya tertulis risiko kontaminasi terbesar terjadi di wilayah KRL-2, atau Rute Bogor-Depok-Jakarta Kota.
Di foto yang juga diterima Harian Sederhana, keterangan lain tertulis, ‘Secara umum, rerata waktu tempuh dari lokasi tinggal pengidap Covid-19 dengan transportasi publik adalah lebih kurang 55 menit’. Keterangan lainnya menyebutkan, ‘Zona KRL 4 Cikarang-Bekasi-Jakarta Timur sementara dilaporkan relatif bebas dari Covid-19’.
Hal-hal tersebut, kata Anies, sebagai langkah mitigasi DKI mengatasi penyebaran virus Corona di Ibu Kota.
“Intinya adalah kenapa tadi dikumpulkan seluruh jajaran, baik kepala OPD maupun pimpinan BUMD, untuk menyampaikan semua potensi risiko sehingga jajaran bisa mengambil langkah-langkah mitigasi,” katanya.
Anies mengatakan data yang tertera dalam keterangan tersebut adalah informasi internal DKI yang harusnya tidak untuk disebarluaskan. Data itu didapat dari pemetaan yang dilakukan Pemprov DKI dan bersumber dari para pasien.
“Kita kan memiliki data sebaran orang-orang dalam pemantauan, data pasien dalam pengawasan, dari situ kemudian dibentuk petanya, ada. Dan tadi juga dipaparkan juga petanya. Tapi kan itu untuk kebutuhan internal supaya kita bisa melakukan langkah-langkah mitigasi,” kata Anies.
“Jadi itu salah satu hal yang harus disiapkan oleh Dinas Perhubungan langsung komunikasi tadi dengan jajaran di seluruh operator,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Humas PT KAI Daerah Operasional (Daop) 1 Jakarta Eva Chairunisa menjelaskan bahwa antisipasi terkait potensi risiko penularan Covid-19 di KRL terus berjalan seiring koordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta.
“Peta pemetaan penyebaran Covid-19 tidak ada, mungkin yang dimaksud resiko potensi. Iya, itu memang betul,” kata Eva.
Eva mengatakan, sudah koordinasi dari PT KAI Daop 1 bersama manajemen KRL dan Pemprov. Karena area publik pasti ada potensi resiko.
“Itulah sebabnya kenapa kita selalu melakukan sosialisasi upaya pencegahan bagaimana agara penumpang juga turut melakukan partisipasi pada upaya pencegahannya, salah satunya dengan menggunakan fasilitas yang ada di stasiun seperti penggunaan toilet untuk mencuci tangan,” ujar Eva.
Selain itu, Eva memastikan sosialisasi agar penumpang yang kurang sehat seperti batuk dan flu yang tetap menggunakan jasa kereta api, agar menggunakan masker. Serta upaya edukasi melalui pemasangan media informasi cetak dan digital serta penyediaan handsanitizer di sejumlah titik.
“Karena ini yang paling penting membangun budaya pada penumpang bagaimana etika pada saat dalam kondisi tidak sehat namun tetap menggunakan transportasi publik, memiliki kesadaran secara pribadi menggunakan masker saat menggunakan jasa kereta api,” ujarnya.
“Maka, dari sejumlah sosialisasi yang kami lakukan di sana kami mengajak pengguna jasa (KRL) untuk dapat memanfatakan fasilitas stasiun yang ada seperti toilet untuk menjaga kebersihan tangan,” tandas Eva. (*)









